Aku kira
Beginilah nanti jadinya.
Kau kawin, beranak, dan berbahagia.
Sedang aku mengembara serupa ahasveros
Dikutuk sumpahi eros.
Tak Sepadan – Chairil ANwar
Aku harus meminjam kata-kata Chairil lebih dulu untuk memulai semua ini. Aku kira, aku harus berbicara lewat tulisan alih alih bicara, karena setiap kali bertemu, kepalaku lupa soal apa saja yang harus aku bicarakan, yang harus kita bicarakan. Lebih baik, Tapi aku sepakat, kita harus mulai akhir dari semuanya. Aku kesal kepadamu, kamu membuat seorang penulis kehabisan kata-kata. Bagaimana jadinya?
Kamu apa kabar Layla? Aku yakin baik. Ini adalah sebuah pertanyaan yang tidak perlu, tapi harus ada untuk kamu tahu bahwa aku senantiasa mengharap kamu dalam keadaan baik. Meskipun aku jarang berdoa kepada Tuhan, tapi setiap kali ada kesempatan, aku gunakan untuk menyebut namamu, di situ, setelah aku sebut nama Ibu.
Ada banyak pertanyaan yang kita punya, soal kehidupan, soal nasib, soal perasaan perasaan yang seringkali sulit untuk diungkapkan. Tapi akulah orangnya yang ini, yang dulu bilang sayang padamu, yang dulu bilang tidak akan menyerah untuk berusaha ada di dekatmu, yang dulu bilang kalau nyebrang lihat kiri kanan karena kamu bukan ayam, yang kemudian kamu tertawa meskipun kamu tahu itu tidak lucu, yang lucu adalah bagaimana kita bisa sejauh ini, sedang kamu, selalu begitu, selalu tidak tahu apa yang kamu mau.
Tapi Layla, aku tidak pernah menyesal apalagi sedih, bahwa akhirnya kita kembali kepada bukan siapa-siapa itu soal lain. Itu kan soal Tuhan yang menulis suratan dengan seenak Jidat.
“Ah iya, ini Brama kita buat jatuh cinta pada Layla, lalu Layla juga sempat suka sama dia, tapi kemudian Layla harus meneliti sejenis amoeba di Uganda.”
“Oh ya tambahin, tiba tiba Brama tahu kalau Lyla masih sayang sama bekas pacarnya”
“Satu lagi, setelah putus, kasih Brama penyakit tipes selama satu minggu, biar ada efek dramatis.”
Kira kira begitulah yang terjadi. Tapi sungguh, aku senang dan berbahagia ada di dekat kamu selama waktu yang singkat ini.
Bagaimana kalau kita tidak pernah bertemu?
Aku bertanya berulang kali soal ini. Tanpa mengenal kamu, aku tidak perlu terluka. Aku tidak perlu melewati malam penuh kesedihan karena berusaha untuk melupakan berbagai hal. Aku tidak perlu merasa sedih ketika mendengar lagu yang mengisahkan bahwa cinta tidak punya kewajiban untuk berakhir bahagia.
Tapipun, tanpa kamu, aku tidak akan pernah tahu bahwa cinta bisa seperti ini, bahwa aku akan memiliki perasaan yang tidak semua orang bisa alami di sepanjang hidup mereka, bahwa aku punya kesempatan untuk merasakan cinta yang sesungguhnya dan sebener-benarnya.
Kamu apa kabar?
Kamu akan berhenti mendengar pertanyaan tersebut. Karena kamu baik baik saja, dunia masih berputar, kamu masih tersenyum, serta kamu masih bisa berbahagia.
Aku kadang, tidak merasakan itu semua. Ada sedikit keresahan yang membuat aku tidak bisa tidur lelap pada suatu malam karena merasa sendirian. Karena foto kita berdua yang biasa aku lihat, kini memberikan makna yang berbeda, memberikan banyak pertanyaan lain, memberikan banyak bayangan lain soal bagaimana seandainya bukan keputusan ini yang aku ambil? Seringkali aku ingin menangis, tapi kamu menolak untuk melakukan itu, dan berulang ulang mengucap serta meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik baik saja, padahal tidak, dan itu memang sudah seharusnya.
Aku tidak pernah punya rencana untuk jatuh cinta, jatuh cinta seringkali menakutkan. Kita akan dihadapkan pada kenyataan bahwa kita merasa dipaksa keluar dari segala sesuatu yang nyaman kemudian mencoba hal yang satu setan pun tidak tahu akan memberikan kebahagiaan atau tidak.
Aku tidak pernah punya rencana untuk jatuh cinta. Begitu pun ketika bertemu dengan kamu. Tapi suatu kali, ketika aku pegang tanganmu, aku merasa yakin, bahwa pada saatnya aku harus melepas genggaman tersebut, aku akan merasakan sesuatu hilang. Kamu tahu di mana aku bisa menemukan lagi mimpi yang sempat aku miliki?